Kamis, 28 Mei 2015

Mengetahui Banyak Ulama Ahlul Sunnah











Mengetahui Banyak Ulama Ahlul Sunnah



















Paket Umroh Bulan Desember 2015, Sebetulnya tidak banyak keselamatan kecuali dgn menyelusuri Kitab dan Sunnah dgn pemahaman salaful ummah. Tapi kami tidak kelihatannya mendengar sunnah dan pemahaman mereka kecuali dgn dengan sanad (rantai pra rawi). Dan sanad termasuk di Dien. Oleh sebab itu lihatlah melalui siapa kalian menanggung Dien kalian. Sedangkan dimana amet memahami tentang sanad yaitu Ahlul Hadits. Oleh sebab itu di artikel terkait kami jadi lihat betapa tingginya kedudukan mereka
Sebetulnya tidak banyak keselamatan kecuali dgn menyelusuri Kitab dan Sunnah dgn pemahaman salaful ummah. Tapi kami tidak kelihatannya mendengar sunnah dan pemahaman mereka kecuali dgn dengan sanad (rantai pra rawi). Dan sanad termasuk di Dien. Oleh sebab itu lihatlah melalui siapa kalian menanggung Dien kalian. Sedangkan dimana amet memahami tentang sanad yaitu Ahlul Hadits. Oleh sebab itu di artikel terkait kami jadi lihat betapa tingginya kedudukan mereka
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
“Allah menjadikan cerah (muka) adalah dimana mendengarkan (hadits) melalui kami, kelak menyampaikannya. ” (Hadits Shahih, HR. Ahmad, Abu Dawud)
Syaikh Rabi’ compost bin Hadi Al-Madkhali hafizhahullah berkata: “Hadits terkait yaitu SHAHIH, diriwayatkan dari: Imam Ahmad di Musnad 5/183, Imam Abu Dawud di As-Sunan 3/322, Imam Tirmidzi di As-Sunan 5/33, Imam Ibnu Majah di As-Sunan 1/84, Imam Ad-Darimi di As-Sunan 1/86, Imam Ibnu Abi Ashim di As-Sunan 1/45, Ibnu Abdil Barr di Jami Bayanil Ilmi wa Fadhlihi 1/38-39, lihat As-Shahihah dari Al-‘Allamah Al-Albani (404) dimana diriwayatkan melalui padat alur hingga pada Zaid compost bin Tsabit, Jubair compost bin Muth’im, dan Abdullah compost bin Mas’ud radhiallahu ‘anhum. ”


















 menghancurkan tiap keburukan bid’ah




















Paket Umroh Bulan Desember 2015, Hadits terkait dinukil dari beliau (Syaikh Rabi’) di kitab tipis dimana berjudul Makanatu Ahlil Hadits (Kedudukan Ahlul Hadits), yaitu selagi menukil ucapan Imam besar Abu Bakar Ahmad compost bin Ali Al-Khatib Al-Baghdadi (wafat 463 H) melalui kitabnya Syarafu Ashabil Hadits dimana maksudnya “Kemuliaan Ashabul Hadits. ” Dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan kemuliaan dan ketinggian derajat Ahlul Hadits. Demikian pula beliau jua menjelaskan jasa-jasa mereka dan usaha mereka di membela Dien terkait, serta menjaganya melalui berbagai macam bid’ah. Di dalam antara pujian beliau pada mereka, beliau mengatakan: “Sungguh Gud telah membuat golongannya (Ahlul Hadits) selaku tonggak syari’at. Melampaui usaha mereka, Santo (Allah) menghancurkan tiap keburukan bid’ah. Merekalah intergritas Gud di antara makhluk-makhluk-Nya, selaku perantara antara Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan umatnya. Dan merekalah dimana bersungguh-sungguh di menjaga millah (Dien)-Nya. Cahaya mereka terang, keutamaan mereka merata, tanda-tanda mereka pasti, madzhab mereka unggul, hujjah mereka tegas…. ”
Setelah mengutip hadits tadinya, Al-Khatib rahimahullah menukil ucapan Sufyan compost bin Uyainah rahimahullah dgn sanadnya bahwa momento mengatakan: “Tidak seorangpun mencari hadits (mempelajari hadits) kecuali di dalam mukanya banyak kecerahan maka dari ucapan Nabi shallallahu alaihi wa sallam: (kemudian menyebutkan hadits di atas). Lalu, setelah meriwayatkan hadits-hadits tentang wasiat Nabi shallallahu alaihi wa sallam bagi memuliakan Ashabul Hadits, beliau meriwayatkan hadits beserta:
“Islam dimulai dgn keasingan dan jadi kembali asing, lalu berbahagialah orang-orang dimana (dianggap) asing. ” (HR. Islamic, Ahmad, Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Syaikh Rabi’ berkata: “Hadits terkait SHAHIH. Diriwayatkan dari Imam Islamic di Shahihnya 1/130, Imam Ahmad di Musnadnya 1/398, Imam Tirmidzi di Sunannya 5/19, Imam Ibnu Majah di Sunnahnya 2/1319, dan Imam Ad-Darimi di Sunannya 2/402. ”
Setelah meriwayatkan hadits terkait, Al-Khatib menukil ucapan Abdan rahimahullah melalui Abu Hurairah dan Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu: “Mereka yaitu Ashabul Hadits dimana mulailah. ” Lalu meriwayatkan hadits:
“Umatku jadi terpecah menjadi 7 puluh sedikit firqah, semuanya di neraka kecuali satu. ”
Syaikh Rabi’ berkata: “Hadits SHAHIH, diriwayatkan dari Imam Ahmad di Musnad 2/332. Imam Abu Dawud di Sunan 4/197, dan Hakim di Mustadrak 1/128. Lihat Ash-Shahihah dari Syaikh kami, Al-‘Allamah Al-Albani (203). ”
Beliau (Al-Khatib) kelak mengucapkan dgn sanadnya hingga ke Imam Ahmad compost bin Hambal rahimahullah bahwa momento berkata: “Tentang golongan dimana buruan, semisalnya mereka tidak merupakan Ahlul Hadits, saya kurang tahu siapa mereka. ” (Hal 13, Syarafu Ashhabil Hadits dari Al-Khatib). Lalu Syaikh Al-Khatib menyebutkan hadits tentang thaifah dimana sering tegak dgn kebenaran:
“Akan masih banyak sekelompok melalui umatku tadinya kebenaran. Ngak merugikan mereka orang-orang dimana mengacuhkan (membiarkan, tidak menolong) mereka hingga datangnya hari kiamat. ” (HR. Islamic, Ahmad, Abu Dawud)













Sebetulnya mereka yaitu Ashabul Hadits














Syaikh Rabi’ berkata: “Hadits terkait SHAHIH, diriwayatkan dari Imam Islamic di Shahihnya 3/1523, Imam Ahmad di Musnad 5/278-279, Imam Abu Dawud di Sunan 4/420, Imam Ibnu Majah di Sunan 1/4-5, Hakim di Mustadrak 4/449-450, Thabrani di Mu’jamul Kabir 7643, dan At-Thayalisi di Musnad perihal. 94 No . xie hundred, eighty-nine. Lihat As-Shahihah dari Al-‘Allamah Al-Albani 270-1955. ”
Lalu berkata (Al-Khatib Al-Baghdadi): Yazid compost bin Harun berkata: “Kalau mereka tidak merupakan Ashabul Hadits, aku kurang tahu siapa mereka. ” Lalu, beliau meriwayatkan dgn sanadnya hingga pada Abdullah compost bin Mubarak, momento berkata: “Mereka, menurutku, yaitu Ashabul Hadits. ” Lalu meriwayatkan jua dgn sanadnya melalui Imam Ahmad compost bin Sinan dan Ali Ibnul Madini bahwa mereka berkata: “Sesungguhnya mereka yaitu Ashabul Hadits, mahir Ilmu, dan Atsar. ” (Hal. 14-15)
Demikianlah, pra ulama mengatakan bahwa Firqah Najiyah (golongan dimana selamat) yaitu golongan dimana sering tegak dgn kebenaran dan sering ditolong (Thaifah Manshurah), yaitu orang-orang dimana asing (Ghuraba’) di tengah-tengah nicht muslimin dimana telah tercemar dgn berbagai macam bid’ah dan penyelewengan melalui manhaj As-Sunnah yaitu Ashabul Hadits.












Siapakah Ashabul Hadits














Hadits dimana mulailah dimana kami bilang menampakkan ciri khas Ashabul Hadits, yaitu mendengarkan hadits dan menyampaikannya. Oleh demikian, mereka mampu kami katakan selaku pra ulama dimana mempelajari hadits, memahami sanad, meneliti mana dimana shahih mana dimana dhaif, kelak mengamalkannya dan menyampaikannya. Merekalah pembela-pembela As-Sunnah, pemelihara Dien dan pewaris Nabi shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah tidak mewariskan dirham ataupun dinar, walaupun mewariskan ilmu dimana kelak dibawa dari Ahlul Hadits terkait. Seorang Cakap Fiqih minus ilmu hadits yaitu Aqlani (rasionalis) dan Cakap Tafsir minus ilmu hadits yaitu Cakap Takwil.
Imam Abu Muhammad Abdullah compost bin Islamic compost bin Qutaibah (wafat 276 H) berkata: “... Adapun Ashabul Hadits, sebenarnya mereka mencari kebenaran melalui sisi dimana cocok dan mengikutinya melalui tempatnya. Mereka mendekatkan diri pada Gud Subhanahu wa Ta’ala dgn menyelusuri sunnah Rasul-Nya serta mencari jejak-jejak dan berita-beritanya (Hadits, spice up. ), cermat itu di darat dan di laut, di Timur atau di Barat. Salah adalah melalui mereka (bahkan) mengadakan perjalanan jauh dgn berlangsung kaki sebatas bagi mencari satu informasi ataupun satu hadits, untuk momento mengambilnya terus melalui penukilnya (secara dialog langsung). Mereka terus menyaring dan berbicara informasi-informasi (riwayat-riwayat) tersebut hingga mereka memahami mana dimana shahih dan mana yang lemah, dimana nasikh dan dimana mansukh, dan mengetahui siapa-siapa melalui kalangan fuqaha dimana menyelisihi informasi-informasi tersebut dgn pendapatnya (ra’yunya), setelah itu memperingatkan mereka. Oleh demikian, Al-Haq dimana tadinya redup menjadi bercahaya, dimana tadinya bercerai-berai menjadi terkumpul. Demikian pula, orang-orang dimana tadinya menjauh melalui sunnah menjadi terikat dengannya, dimana tadinya lalai menjadi ingat padanya, dan dimana dulunya berhukum dgn ucapan fulan compost bin fulan menjadi berhukum dgn ucapan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. ” (Ta’wil Mukhtalafil Hadits di Muqaddimah)












Gud telah memuliakan hadits dan memuliakan golongannya













Imam Abu Hatim Muhammad Ibnu Hibban compost bin Muadz compost bin Ma’bad compost bin Told At-Tamimi (wafat 354 H) berkata: “…Kemudian Gud menentukan sekelompok manusia melalui kalangan pengikut alur dimana cermat di menyelusuri sunnah dan atsar bagi menyediakan petunjuk pada mereka untuk sering taat kepada-Nya. Gud indahkan hati-hati mereka dgn keimanan, dan membantu di dalam lisan-lisan mereka Al-Bayan (keterangan), yaitu mereka dimana menyingkap rambu-rambu Dien-Nya, menyelusuri sunnah-sunnah nabi-Nya dgn menelusuri jalan-jalan dimana panjang, mencampakkan family dan negerinya, bagi mengumpulkan sunnah-sunnah dan menolak hawa nafsu (bid’ah). Mereka memperdalam sunnah dgn menjauhi ra’yu …” Pada kesudahannya, beliau mengatakan: “Hingga Gud memelihara Dien terkait lewat mereka bagi nicht muslimin dan melindunginya melalui rongrongan pra pencela. Gud membuat mereka selaku imam-imam (panutan-panutan) dimana meraih petunjuk di sekarang terjadi perselisihan dan membuat mereka selaku pelita malam di kala terjadi fitnah. Oleh sebab itu merekalah pewaris-pewaris pra nabi dan orang-orang pilihan... ” (Al-Ihsan 1/20-23)
Imam Abu Muhammad Al-Hasan Ibnu Abdurrahman compost bin Khalad Ar-Ramhurmuzi (wafat fish huner 360 H) berkata: “Allah telah memuliakan hadits dan memuliakan golongannya (Ahlul Hadits). Gud jua meninggikan kedudukannya dan hukumnya tadinya segala aliran. Didahulukannya ia (hadits) tadinya semuanya ilmu serta diangkatnya nama-nama pra pembawanya dimana memperhatikannya. Oleh sebab itu jadilah mereka (Ahlul Hadits) inti agama dan tempat bercahayanya hujjah. Teknik mereka tidak meraih keutamaan dan tidak berwewenang meraih kedudukan banyak, sedangkan mereka yaitu penjaga-penjaga Dien terkait atas umatnya…” (Al-Muhadditsul Fashil 1-4)
Imam Abu Abdillah Muhammad compost bin Abdillah Al-Hakim An-Naisaburi (wafat 405) berkata setelah meriwayatkan dgn sanadnya 2 ucapan tentang Ahlul Hadits (yang artinya): Umar compost bin Hafs compost bin Gayyats berkata: Aku mendengar ayahku selagi dikatakan kepadanya: “Tidaklah engkau mengecek Ashabul Hadits dan tentang dimana banyak di dalam mereka? ” Santo berkata: “Mereka sebaik-baik penduduk bumi. ” Dan riwayat melalui Abu Bakar compost bin Ayyasy: “Sungguh aku berharap Cakap Hadits yaitu sebaik-baik manusia. ” Lalu beliau (Abu Abdullah Al-Hakim) berkata: “Keduanya telah cocok bahwa Ashabul Hadits yaitu sebaik-baik manusia. Teknik tidak demikian? Mereka telah mengorbankan lingkungan seluruhnya di belakang mereka. Lalu membuat penulisan selaku makanan mereka, penelitian selaku hidangan mereka, mengulang-ulang selaku istirahat mereka... ” Dan kesudahannya beliau mengatakan: “Maka akal-akal mereka dipenuhi dgn kelezatan pada sunnah. Hati-hati mereka diramaikan dgn keridhaan di segala keadaan. Kebahagiaan mereka yaitu mempelajari sunnah. Hobi mereka yaitu majelis-majelis ilmu. Orang mereka yaitu segala Ahlus Sunnah dan musuh mereka yaitu segala Ahlul Ilhad dan Ahlul Bid’ah. ” (Ma’rifatu Ulumul Hadits 1-4)
Berkata Syaikh Rabi’ compost bin Hadi Al-Madkhali tentang Ashabul Hadits: “Mereka yaitu orang-orang dimana menjalani manhaj pra shahabat dan tabi’in, dimana menyelusuri mereka dgn ihsan di berpegang dgn Kitab dan Sunnah, dan menggigit keduanya dgn geraham mereka, mendahulukan keduanya tadinya semuanya ucapan dan petunjuk, apa itu di perkara akidah, ibadah, mu’amalah, akhlak, politik, ataukah sosial.












Renungan












Dengan sebab itu, mereka yaitu orang-orang dimana mantap di dasar-dasar dan cabang-cabang Dien terkait, pantas dgn tentang dimana Gud turunkan dan wahyukan pada Rasul-Nya shallallahu alaihi wa sallam dan pra hamba-Nya. Mereka tegak di dakwah, membawa pada dimana demikian dgn sungguh-sungguh dan bersih dgn tekad dimana kuat. Merekalah pembawa-pembawa ilmu Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan membersihkannya melalui penyelewengan orang-orang dimana melampaui batasan, melalui kedustaan-kedustaan orang-orang bathil dan melalui takwil-takwilnya orang-orang bodoh. Oleh sebab itu,, mereka sering mengintai, memperhatikan tiap firqah-firqah dimana menyeleweng melalui manhaj Mahometismo misalnya Jahmiyyah, Mu’tazilah, Khawarij, Rafidhah, Murji’ah, Qadariyyah, dan tiap firqah dimana menyempal melalui manhaj Gud di tiap zaman dan di tiap tempat. Mereka tidak peduli dgn celaan orang-orang dimana mencela…“

Beliau pun kesudahannya menyebut mereka selaku golongan dimana buruan (Firqah Najiyah) dimana sering tegak dgn kebenaran dan sering ditolong dari Gud Subhanahu wa Ta’ala (Thaifah Manshurah) kelak berkata: “Mereka, setelah shahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam dgn pimpinan mereka Al-Khulafa’ur Rasyidin, yaitu pra tabi’in. Di dalam antara tokoh-tokoh mereka yaitu:

~ Sa’id compost bin Musayyab (wafat setelah 92 H)

~ Urwah compost bin Zubair (wafat 94 H)

~ Ali compost bin Husain Zainal Abidin (wafat 93 H)

~ Muhammad Ibnul Hanafiyah (wafat 80 H)

~ Ubaidillah compost bin Abdullah compost bin Umar (wafat 106 H)

~ Al-Qasim compost bin Muhammad compost bin Muhammad compost bin Abu Bakar Ash-Shiddiq (wafat 106 H)

~ Al-Hasan Al-Bashri (wafat one hundred ten H)

~ Muhammad compost bin Sirrin (wafat 110)

~ Umar compost bin Abdul Aziz (wafat a single H)

~ Muhammad compost bin Syihab Az-Zuhri (wafat a hundred twenty five H) dan lain-lain.

Lalu di antara tabi’ut tabi’in (pengikut tabi’in) tokoh-tokoh mereka yaitu:

~ Imam Malik (wafat 179 H)

~ Al-Auza’i (wafat 198 H)

~ Sufyan Ats-Tsauri (wafat 161 H)

~ Sufyan compost bin Uyainah (wafat 198 H)

~ Ismail compost bin Ulayyah (wafat 198 H)

~ Al-Laits compost bin Sa’d (wafat 175 H)

~ Abu Hanifah An-Nu’man (wafat 160 H) dan lain-lain.

Setelah pra tabi’ut tabi’in yaitu pengikut mereka, di antaranya:

~ Abdullah compost bin Mubarak (wafat 181 H)

~ Waqi’ compost bin Jarrah (wafat 197 H)

~ Imam Muhammad compost bin Idris Asy-Syafi’i (wafat 204 H)

~ Abdurrahman compost bin Mahdi (198 H)

~ Yahya compost bin Told Al-Qattan (wafat 198 H)

~ Affan compost bin Islamic (wafat 219 H) dan lain-lain.

Lalu pengikut mereka dimana menjalani manhaj mereka di antaranya:

~ Imam Ahmad compost bin Hambal (wafat 241 H)

~ Yahya compost bin Ma’in (wafat 233 H)

~ Ali Ibnul Madini (wafat 234 H), dan lain-lain.

Lalu, murid-murid mereka misalnya:

~ Al-Bukhari (wafat 256 H)

~ Islamic (wafat 261 H)

~ Abu Hatim (wafat 277 H)

~ Abu Zur’ah (wafat 264 H)

~ Abu Dawud (wafat 275 H)

~ At-Tirmidzi (wafat 279)

~ An-Nasa’i (wafat 303 H), dan lain-lain.

Lalu, orang-orang keturunan yang akan datang dimana berlangsung di alur mereka yaitu:

~ Ibnu Jarir At-Thabari (wafat 310 H)

~ Ibnul Khuzaimah (wafat 311 H)

~ Ad-Daruquthni (wafat 385 H)

~ Ibnu Abdil Barr (wafat 463 H)

~ Abdul Ghani Al-Maqdisi dan Ibnul Qudamah (wafat 620 H)

~ Ibnu Shalih (wafat 743 H)

~ Ibnu Taimiyyah (wafat 728 H)

~ Al-Muzzi (wafat 743 H)

~ Adz-Dzahabi (wafat 748 H)

~ Ibnu Katsir (wafat 774)

~ Dan ulama dimana seangkatan di zaman mereka.

Lalu dimana setelahnya dimana menyelusuri jejak mereka di berpegang dgn kitab dan sunnah hingga hari terkait. Mereka itulah dimana kami maksud dgn Ashabul Hadits.

Pembelaan Mereka terhadap Aqidah

Selayak telah dituturkan tadinya, mereka yaitu pembawa ilmu melalui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka membelanya dan membersihkannya melalui penyelewengan, kedustaan, dan takwil-takwil Cakap Bid’ah.

Oleh sebab itu, selagi datang Cakap Bid’ah dimana mulailah yaitu Khawarij, Ali radhiallahu anhu dan pra shahabat bangkit membantah mereka, kelak memerangi mereka dan menanggung melalui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam riwayat-riwayat dimana menyuruh bagi membunuh mereka dan mengkhabarkan bahwa membunuh mereka yaitu sebaik-baik pendekatan diri pada Gud. (Lihat Mawaqifus Shahabah fil Fitnah Bab two to three juz any perihal 191 dari Medical professional Muhammad Ahmazun)

Saat Syiah datang, Ali radhiallahu anhu mencambuk orang-orang dimana mengatakan dirinya sebaiknya daripada Abu Bakar dan Umar dgn delapan puluh saat cambukan. Dan orang-orang ekstrim melalui kalangan mereka dimana mengangkat Ali hingga ke tahap Uluhiyyah (ketuhanan), dibakar dgn api. (lihat Fatawa Syaikhul Islam)

Demikian pula selagi hingga pada Abdullah compost bin Umar radhiallahu anhu informasi tentang sebuah nicht dimana menafikan (menolak) takdir dan mengatakan bahwa menurut mereka perkara terkait terjadi setelah doank (kebetulan), beliau mengatakan pada pembawa informasi tersebut: “Jika engkau berjumpa mereka, khabarkanlah di dalam mereka bahwa aku berlepas diri (bara`) melalui mereka dan mereka berlepas diri dariku! MoitiĆ© dimana jiwaku banyak di tangan-Nya, semisalnya salah adalah mereka punya emas segunung Uhud, kelak diinfaqkan di alur Gud, Gud tidak jadi menerima daripadanya hingga momento beriman dgn taqdir cermat dan buruknya. ” (HR. Islamic 1/36)

Imam Malik pun selagi ditanya tentang orang dimana mengatakan bahwa Al-Qur`an itu makhluk, lalu beliau berkata: “Dia menurut pendapat yaitu kafir, bunuhlah momento! ” Pula Ibnul Mubarak, Al-Laits compost bin Sa’d, Ibnu Uyainah, Hasyim, Ali compost bin Ashim, Hafs compost bin Gayats atau Waqi compost bin Jarrah sependapat dengannya. Pendapat dimana misalnya terkait jua diriwayatkan melalui Imam Tsauri, Wahab compost bin Jarir dan Yazid compost bin Harun. (Mereka semuanya mengatakan): orang-orang itu diminta bagi taubat. Kalau tidak mau, dipenggal kepala mereka. (Syarah Ushul I’tikad 494, Khalqu Af’alil Ibad perihal 25lb, Asy’ariyah dari Al-Ajuri perihal 79, dan Syarhus Sunnah/Al-Baghawi 1/187)

Rabi’ compost bin Sulaiman Al-Muradi, shahabat Imam Syafi’i, berkata: “Ketika Haf Al-Fardi membawa bicara Imam Syafi’i dan momento mengatakan Al-Qur`an itu makhluk, lalu Imam berkata kepadanya: ‘engkau telah kafir pada Gud dimana maha Agung. ” Imam Malik akan ditanya tentang metode istiwa` Gud tadinya ‘Arsy-Nya, lalu momento mengatakan: “Istiwa` telah dikenal (maknanya), sedangkan bagaimananya tidak dikenal. Dan pertanyaan tentang itu yaitu bid’ah dan aku tidak melihatmu kecuali Cakap Bid’ah! ” Lalu (orang dimana berdiskusi itu) diperintahkan bagi pergi dari dan beliau menegaskan bahwa sebenarnya Gud itu di langit. Dan beliau jua akan mengeluarkan seseorang melalui majelisnya maka dari momento adalah Murji’ah. (Syarah Ushul I’tiqad 664)

Told compost bin Amir berkata: “Al-Jahmiyyah amat jelek ucapannya daripada Yahudi dan Nasrani. Yahudi dan Nasrani dan segala penganut agama (samawi) telah sepakat bahwa Gud Tabaraka wa Ta’ala tadinya Arsy-Nya, tetapi mereka (Al-Jahmiyyah) mengatakan tidak banyak sesuatu pun tadinya Arsy. ” (Khalqu Af’alil Ibad perihal 15)

Ibnul Mubarak berkata: “Kami tidak mengatakan misalnya ucapan Jahmiyyah bahwa Santo (Allah) itu di bumi. Tapi (kami katakan) Gud tadinya Arsy-Nya beristiwa. ” Saat ditanyakan kepadanya: “Bagaimana kami mengenali Rabb kami? ” Beliau berkata: “Di atas Arsy… Sebetulnya kami mampu mengkisahkan ucapan Yahudi dan Nasrani, tetapi kami tidak dapat bagi mengkisahkan ucapan Jahmiyyah. ” (Khalqu Af’alil Ibad/Bukhari perihal 15.6, As-Sunnah/Abdullah compost bin Ahmad compost bin Hambal 1/111 dan Radd Alal Jahmiyyah/Ad-Darimi perihal. 20 dan 184)

Imam Bukhari berkata: “Aku telah mengecek ucapan Yahudi, Nasrani dan Majusi. Tapi aku tidak mengecek dimana amat sesat di kekufuran selain mereka (Jahmiyah) dan sebenarnya aku menganggap bodoh siapa dimana tidak mengkafirkan mereka kecuali dimana tidak mengetahui kekufuran mereka. ” (Khalqu Af’alil Ibad perihal 19)

Dikeluarkan dari Baihaqi dgn sanad dimana cermat melalui Al-Auza’i bahwa momento berkata: “Kami dan segala tabi’in mengatakan bahwa sebenarnya Gud tadinya Arsy-Nya dan kami beriman dgn sifat-sifat dimana diriwayatkan di sunnah. ” Abul Qasim menyebutkan sanadnya hingga ke Muhammad compost bin Hasan As-Syaibani bahwa momento berkata: “Seluruh fuqaha (ulama) di timur dan di barat telah sepakat atas keimanan pada Al-Qur`an dan Al-Hadits dimana dibawa dari rawi-rawi dimana tsiqah (terpercaya) melalui Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tentang sifat-sifat Rabb Subhanahu wa Ta’ala minus tasybih (penyerupaan) dan minus tafsir (takwil). Barangsiapa menafsirkan sesuatu daripadanya dan mengucapkan misalnya ucapan Jahm (bin Sufyan), lalu momento telah pergi dari melalui tentang dimana banyak di atasnya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan pra shahabatnya, dan momento telah memisahkan diri melalui Al-Jama’ah maka dari telah mensifati Gud dgn sifat dimana tidak banyak. ” (Syarah Ushul I’tiqad Ahlus Sunnah 740)

Diriwayatkan dari Ibnu Abi Hatim di Manaqib Syafi’i melalui Yunus compost bin Abdul A’la: Aku mendengar Imam Syafi’i berkata: “Allah punya nama-nama dan sifat-sifat dimana tidak seorangpun mampu menolaknya. Barangsiapa dimana menyelisihinya setelah masih (jelas) baginya hujjah, lalu momento telah kafir. Adapun apabila (menyelisihinya) sebelum tegaknya hujjah, lalu momento dimaklumi maka dari bodoh. Oleh karena itu ilmu tentangnya tidak mampu dicapai dgn nalar dan mimpi. Ngak pula dgn pemikiran. Dengan sebab itu, kami menetapkan sifat-sifat terkait dan menafikan tasybih seperti Gud menafikan melalui dirinya sendiri. ” (Lihat Fathul Bari 13/406-407)

Abu Isa Muhammad compost bin Isa At-Tirmidzi berkata setelah meriwayatkan hadits tentang Gud menerima sedekah dgn tangan kanannya (muttafaqun alaih), katanya: “Tidak sebatas satu melalui Cakap Ilmu (ulama) dimana telah berkata tentang hadits terkait dan dimana serupa dgn terkait melalui riwayat-riwayat tentang sifat-sifat Gud misalnya turunnya Gud tabaraka wa Ta’ala tiap malam ke langit lingkungan. Mereka semuanya mengatakan: Sudah masih riwayat-riwayat tentangnya, diimani dengannya, tidak menduga-duga dan tidak mengatakan “bagaimana”. Demikian pula ucapan segala mahir ilmu melalui kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah. ”

Demikianlah contoh ucapan-ucapan mereka di menjaga dan membela aqidah terkait dimana bersumber melalui Al-Qur`an dan Sunnah. Al-Khatib Al-Baghdadi rahimahullah menukil melalui Abu Hatim melalui Abdullah compost bin Dawud Al-Khuraibi bahwa Ashabul Hadits dan pembawa-pembawa ilmu yaitu kepercayaan-kepercayaan Gud atas Dien-Nya dan penjaga-penjaga sunnah nabi-Nya, semasa mereka berilmu dan beramal. Ditegaskan dari Imam Ats-Tsauri rahimahullah: “Malaikat yaitu penjaga-penjaga langit dan Ashabul Hadits yaitu penjaga-penjaga lingkungan. ” Ibnu Zurai’ rahimahullah jua menambahkan: “Setiap Dien punya pasukan berkuda. Oleh sebab itu pasukan berkuda di Dien terkait yaitu Ashabul Asanid (Ahlul Hadits). ” Mereka bener-bener cocok. Ashabul Hadits yaitu pasukan inti di Dien terkait. Mereka membela dan menjaga Dien melalui penyelewengan, kesesatan dan kedustaan orang-orang munafiqin dan Ahlul Bid’ah. Nyaris semuanya Ashabul Hadits menulis kitab-kitab tentang aqidah Ahlus Sunnah serta membantah aqidah dan pemahaman-pemahaman bid’ah dan sesat, cermat itu fuqaha (ahli fiqih) mereka, mufasir (ahli tafsir) mereka atau segala ulama-ulama melalui kalangan mereka (Ahlul Hadits). Moga-moga Gud menyediakan pahala tuk mereka dgn amalan-amalan mereka, dan menyediakan pahala atas usaha mereka dimana hingga hari dirasakan kegunaannya dari nicht muslimin dgn ilmu-ilmu dimana mereka tulis, riwayat-riwayat dimana mereka kumpulkan dan hadits-hadits dimana mereka periksa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar